Pages

Sabtu, 10 November 2012

Megahnya Masjid An-Nur


     SMAN 2 Ngaglik adalah sekolah yang luas, indah, penuh dengan pepohonan hijau yang selalu mewarnai dan menghiasi sekolah kita. Salah satu keindahannya adalah masjid An-Nur. Masjid An-Nur dibangun sekitar..... emmm.... kurang tau :D.... Masjid An-Nur cukup besar kurang lebih dapat menampung siswa seluruh SMA2 Ngaglik sekitar 1/2 atau 1/4nya kali ya.... Masjid tersebut sering digunakan untuk beribadah oleh para siswa, guru, atau karyawan disaat waktu luang. Seperti saat istirahat.
     Masjid An-Nur dilengkapi dengan tempat wudlu, baik yang laki maupun yang cewe' , dilengkapi juga dengan kamar mandi.... pokoknya lengkap deh. Masjid tersebut terletak di selatan lapangan upacara. Letaknya juga strategis, agak jauh dari kantin, coba aja kalo masjidnya deket sama kantin, eeee pasti siswa-siswanya belok ke kantin dan gak jadi sholat deh... hahahaha :P. 
     Selain digunakan untuk sholat sehari-hari (5waktu), Masjid An-Nur juga digunakan untuk Sholat Jum'at. Agar masjidnya tidak penuh desak-desakan maka dibuatlah jadwal untuk Sholat Jum'at per-kelas. Misalnya minggu pertama digunakan oleh X-6, minggu kedua X-5, dst. 
        Kayaknya cukup sekian deh yang bisa aku jelasin, kalo ada yang nyeleneh maap-maap kate yee.. mohon dimaapin :D

Riwayat SMAN 2 Ngaglik


Berdirinya SMA Negeri 2 Ngaglik

Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, tanggal 9 November 1983, nomor 0473/C/1983, dengan surat persetujuan MenPAN nomor B.748/I/MENPAN/9/1983, merupakan bukti otentik lahir atau berdirinya SMA Negeri 2 Ngaglik, yang di kala itu bernama SMA Negeri Ngaglik. Dengan berbagai pertimbangan, tanggal terbitnya surat tidak dijadikan tanggal kelahiran, namun tanggal 31 Juli 1983 lah yang dianggap sebagai hari atau tanggal kelahiran.

Tahun 1983, di awal berdiri, SMA Negeri 2 Ngaglik bernaung pada SMA Negeri 1 Ngaglik yang pada saat itu bernama SMA Negeri Donoharjo, dibawah pimpinan Bapak Soewarno, BA. Karena tidak tersedianya ruangan, SMA Negeri 2 Ngaglik ditempatkan di sebuah barak penampungan korban Gunung Merapi di dusun Balong Donoharjo. Jarak sekolah induk dengan sekolah ampuan cukup jauh, yakni kurang lebih 1 kilometer. Tempat tersebut kondisinya tidak layak untuk dihuni, apalagi untuk berlangsungnya proses belajar mengajar. Pendek kata, sangat–sangat memprihatinkan! Namun apa mau dikata, sekolah tetap harus berjalan sesuai adanya.

Tiga kelas sebagai awal Tahun Ajaran 1983/1984, dengan jumlah siswa 120 orang dengan menggunakan bangku dan tempat duduk seadanya untuk melangsungkan proses belajar mengajar. Seluruh guru masih diambil dari tambahan guru–guru SMA Negeri Donoharjo, karena baru ada seorang guru yang berstatus Nota Tugas untuk SMA Negeri 2 Ngaglik, yaitu Bapak Drs. Sugiyana. Sedangkan karyawan hanya ada seorang petugas sekolah yang berstatus honorer, yaitu Bapak Ngadi yang mempunyai tugas multi, sebagai penjaga sepeda, tukang kebun, pesuruh, dll.

Keadaan ini bertahan selama satu semester Tahun Ajaran 1983/1984. Baru pada semester kedua, masih berstatus pinjam, karena kebutuhan sudah dipandang sangat–sangat mendesak, SMA Negeri 2 Ngaglik pindah tempat ke Sukoharjo Ngaglik Sleman, yang notabene memang tempat peruntukannya. Dikarenakan saat itu pembangunannya belum rampung, sehingga masih belum diserahterimakan. Tempat ini berlokasi di Jl. Besi–Jangkang, Sukoharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta atau kira–kira berjarak 2,5 kilometer arah timur Jl. Kaliurang Km 12 Besi.

Kepindahan tempat ini membawa akibat munculnya kepemimpinan ganda dalam satu sekolah. Kepala Sekolah yang masih tetap dijabat Bapak Soewarno, BA tidak bisa mengawasi langsung kegiatan operasional sehari-hari, sehingga ditunjuklah seorang Guru yang bernama Bapak Drs. I. M. Sugeng sebagai Pelaksana Harian (Plh). Dari waktu inilah boleh dibilang SMA Negeri 2 Ngaglik bagaikan bayi yang baru mulai belajar merangkak, dengan segala keterbatasan, baik fasilitas maupun tenaga atau sumber daya manusianya, dengan tempat yang masih benar-benar baru, baik gedung maupun lingkungannya. Bahkan fasilitas kantor dan anggaran pun benar–benar belum punya. Halaman dan lingkungan masih berupa hamparan tanah kosong nan gersang dengan sisa–sisa puing bahan bangunan. Gedung tersebut dibangun diatas tanah seluas 31.675 m2 milik Pemerintah Desa Sukoharjo Ngaglik Sleman, yang diserahkan kepada Pimpinan Proyek Peningkatan SMA DIY guna pembangunan SMA Negeri 2 Ngaglik.